Pages

Tuesday, January 21, 2014

Exploring Melaka & Kuala Lumpur, Day 2 (Melaka)

Jumat, 10 Januari 2014
  • Baba Charlie Nyonya Cake (kuih2) 72 jalan Tengkera Pantai 2 10.00 --> Nyonya Popiah
  • Porta De Santiago (free)
  • Stadhuys (RM 5)
  • Baba & Nyonya Museum (RM 10)
  • Donald & Lily’s Jalan Laksamana 1, Taman Kota Laksamana behind Heeren Street, facing the Casa Del Rio Hotel; opposite Bei Zhan restaurant and on the same row as a hotel named 'Place 2 Stay --> Taukua w/ fishcake & rojak sauce, pineapple tart
  • Café 1511 next to Baba & Nyonya Museum --> Nyonya Popiah (lumpia basah), Pai Tee
  • Jonker 88 Museum Café --> durian cendhol & asam laksa; Baba laksa kahwin Nyonya Asam Laksa
  • Nancy’s Kitchen Jl Hang Lekir --> Pineapple tart, Nyonya Kuih, Nyonya cookies
  • Jonker Street Night Market
Jam 6an udah bangun dan pengen survei jalan2 sekitar hotel. Tapi apa yang terlihat diluar? Masih gelap! Ini mah gak 1 jam lebih dulu dari Jakarta. Di Jakarta tuh jam 6 pagi udah siang, di jalan udah rame orang dan kendaraan berseliweran.

Tapi karena udah niat mau jalan pagi, ya udah bablas aja sendirian. Beneran masih sepi Jalan ke arah kiri hotel semua masih tutup. Tercium samar2 bau hio. Berasa kayak lagi masuk klenteng deh. Ada satu2nya kedai yang lagi siap2 untuk buka. Terlihat seorang Engkoh lagi nirisin bihun/mie. Gak jauh dari situ ada hotel Warisan yang restorannya menyediakan aneka makanan halal. Melanjutkan jalan sampai lampu lalu lintas pertama yang menuju jalan Tengkera kemudian memutuskan untuk kembali ke hotel.

Sampai di hotel bukannya masuk kamar tapi bablas keluar lewat pintu belakang. Voila... ternyata persis di seberang hotel ada pasar tradisional; Pasar Taman Kota Laksamana. Seperti pasar tradisional lainnya, di pasar ini dijual aneka buah, sayur, daging dan ikan. Juga ada yang menjual aneka kue dan pernak pernik menjelang Imlek.

Balik ke hotel dan cerita apa yang dilihat selama jalan2 pagi. Eh dia mau juga jalan2 pagi. Walhasil tanpa mandi kita jalan2 lagi. Hihihi...

Pertama yang dituju adalah pasar di belakang hotel. Kita sih gak beli apapun. Kan emang gak masak juga. Eh dipasar itu juga dijual makan untuk sarapan loh, seperti nasi kuning dan lainnya. Dari situ nelusurin belakang hotel, sampe hotel Casa Del Rio. Lanjut sampai jembatan di ujung Jonker. Yah... udah sampe situ tanggung deh, lanjut aja ke bukit St. Paul. Si Mama pengen keatasnya tuh gara2 kemarin diceritain bisa liat sekeliling kota Melaka dari sana. Sekalian penasaran sama Stadhuys. Dimana yah itu tempat?

Pantes gak nemu Stadhuys karena sedang di renovasi dan sekelilingnya tertutup seng juga banyak lapak dagangan. Padahal itu gedung bolak balik dilewatin. *tepok jidat

Kalau mau ke bukit St. Paul, carilah jalan yang dekat dengan Stadhuys karena jalanya gak terjal. Perlahan tapi pasti Mama nyampe juga diatas bukit St. Paul. Terus kita keliling deh. Banyak orang berolah raga di sekitar bukit St. Paul begitu pula tempat dibawahnya. Melewati pemakaman orang2 Belanda juga replika istana Sultan Melaka. Dan kejutan berikutnya adalah.... di bawah salah satu sisi bukit St. Paul ternyata sampe di Porta de Santiago. Benteng pertahanan Portugis di kota Melaka! Padahal sebelumnya saya sudah berencana nanti siang mau ke tempat ini dan tanya2 sama resepsionis hotel.

Walaupun belum mandi, boleh dong foto2 dulu di depan Porta de Santiago yang diapit 2 meriam ini, hihihi... Untungnya kita pagi2 kesini belum ada pengunjung lain yang datang. Baru kita berdua nih.



Menuju ke hotel, kita juga ngelewatin bangunan peringatan proklamasi. Gedungnya unik.

Sampai hotel langsung ke courtyard untuk sarapan baru setelah itu mandi :D. Menu sarapan pagi ini adalah roti bakar setangkap, salad, kacang merah rebus, sosis, dan kentang tumbuk yang disajikan dalam piring makan.

Target hari ini adalah harus dapet tuh puff durian di Taste Better. Konon kabarnya saat weekend antrian di toko ini bisa panjang. Juga hari ini kudu menyambangi toko kue Baba Charlie di jalan Tengkera. Informasi yang saya dapat, Baba Charlie ini adalah salah satu supplier kue basah di kota Melaka. Kalo di Jakarta seperti toko Kuning gitu deh.

Ternyata Taste Better sepi2 aja tuh. Di depan saya cuma ada antrian sekeluarga. Puff durian ini bentuknya seperti kue soes tapi isinya fla durian, ada juga yang isinya fla yoghurt. Saya beli 2 isi durian (@ MYR 2) dan 2 isi yoghurt (@ MYR 1,5). Puff durian ini gak langsung dimakan tapi dibawa untuk bekal ngemil di jalan. Jonker 88 juga gak penuh tuh. Ntar siang deh mampir nyobain es cendhol durian dan makanan lainnya disini.



Jalan Tengkera

Dari Taste Better langsung jalan ke Tengkera untuk ke Baba Charlie. Kalo diliat dari peta-nya sih mestinya gak jauh. Tapi ini kog gak nyampe2. Udah lewatin lampu lalu lintas kemudian bangunan public bank, tapi gak keliatan tanda2nya. Udah jalan lumayan jauh dan mulai berasa pegel nih. Keliatan sih ada bus Panorama warna merah yang lewat ke jalan ini. Tapi secara gak tau nanti turun dimana alias takut nyasar ya udah terusin jalan kaki aja :P.

Patokannya adalah mesjid Tengkera. Lah... ini menara mesjidnya aja gak keliatan. Gimana dong?

Akhirnya terlihat seperti menara tapi tanpa mesjid dan pendek. Setelah didekati ternyata ini adalah menara pertama dari mesjid Tengkera dan tentunya sekarang sudah tidak digunakan lagi. Tidak jauh dari situ barulah kita menemukan mesjid Tengkera; mesjid kedua tertua di kota Melaka.



Seberang dari mesjid Tengkera adalah jalan masuk ke toko Baba Charlie. Kalau teliti, di jalan raya Tengkera ada plang kecil berwarna merah bertulis Baba Charlie. Nah di dalam jalan ini saya sempat menanyakan arah toko kepada seorang tukang becak wisata.

Jadi kalo mau ke Baba Charlie dari sekitaran Jongker, jalan dulu sampai setelah lampu merah menuju jalan Tengkera (depan gedung public bank) dan turun di mesjid Tengkera.

Akhirnya ketemu juga ini toko. Sebetulnya sih bukan toko terbuka melainkan di dalam rumah. Kue2 basah yang dijual disini mirip dengan kue2 basah yang ada di Jakarta bahkan Indonesia; seperti bugis, lemper, talam asin dengan taburan ebi diatasnya, serabi, kue lapis, klepon dll. Yang unik adalah mini martabak dengan isi durian. Disini kita beli beberapa kue basah. Ternyata pembantu yang bekerja di Baba Charlie ada yang orang Indonesia asli Solo. Wuih... udah gak kayak di luar negeri deh.



Kelar belanja kuih muih (aneka kue tradisional/jajan pasar dalam bahasa Malaysia) kita langsung balik. Tapi kali ini mau naik bus aja. Gempor bo kalo kudu jalan kaki lagi. Tanya di warung terdekat,apa ada bus ke Mahkota Parade dan nomer berapa eh dijawab "Mane2 boleh". Mungkin artinya bus nomer berapapun bisa kali ye...

Nunggu agak lama, datanglah bus yang dinanti. Bus ini arahnya dari Pantai Klebang, terusan jalan Tengkera. Pantesan hawanya udah kayak di pesisir, panas2 gak jelas gitu :D.


Jonker (lagi)
 

Pas bayar bus (MYR 2) dan tanya apa lewat Mahkota Parade eh dijawab gak lewat tapi bisa turun di Jonker. Ya udin deh kita naik.

Betul ini bus lewat belakangnya Jonker Street. Sempet lihat di satu emper toko, ada Engkoh2 jualan klepon. Iya klepon yang warnanya hijau berisi gula merah dan ditaburi parutan kelapa! Dari situ kita nyusurin Jonker dan mampir di Jonker 88 untuk beli es cendhol durian dan makan Baba Laksa kahwin Nyonya Asam Laksa. Nama menunya unik ya; itu 2 menu dijadiin satu mangkok.



Es cendhol durian tuh cendol yang ijo dan kacang merah ditumpuk es serut terus disiram santan dan kinca (gula merah cair) dan durian cair. Nah... di Melaka ini gula merah lebih dikenal dengan gula Melaka. Dimakan saat diluar matahari bersinar terik, mantaaappp.

Baba Laksa kahwin Nyonya Asam Laksa; laksa bersantan dengan dominan rasa pedas dan asam. Isi dari laksa tersebut adalah tahu, kulit tahu, telur, bakso ikan, dan mie sejenis udon. Mantap lah ini makanan belum lagi porsinya yang cukup besar. Ibu penjualnya ramah, sempat ngobrol2 sebentar dan dia tanya kita menginap dimana. Begitu saya jawab di The Baba House eh masa' dia bilang, wah mahal tuh menginap disana. Yah... Ibu jangan gitu dong. Daripada nginap di Holiday Inn Melaka, di The Baba House tuh masih jauh lebih murah loh :P.



Menyusuri Jonker untuk ke loket Duck Tours, siapa tau dia sudah oeprasi (tetap semangat!). Sambil mampir ke toko2 suvenir mencari tempelan kulka yang terbuat dari karet. Ternyata memang cuma 1 gambar seperti yang ada di pertokoan seberang Taming Sari. Ya udah dibeli aja.

Nasib baik memang belum berpihak kepada kami. Duck Tour belum beroperasi. Pupus sudah harapan mengelilingi kota Melaka dan nyebur selat Melaka dengan kendaraan amphibi.

Dari sana saya menyempatkan mengunjungi Museum Maritim MYR 6. Disini saya pisah sama Mama yang lebih memilih blusukan di pasar seberang Museum. Museum ini biasa saja, gak ada yang istimewa. Serius nih, masih jauh lebih bagus Museum Bahari di Kota Tua Jakarta deh.

Dari Museum ini saya penasaran sama gereja Katolik St. Francis Xavier. Tanya sama petugas jalan raya dan ditunjukin. Mama sih nunggu aja di air mancur depan Stadhuys. Ternyata diujung jajaran bangunan merah di dekat Clock Tower. Dan di seberang gereja ini ada tulisan Welcome to Melaka, World Heritage City. Langsung manggil Mama untuk foto2 disi. *narsis menjadi2 :P.



Dari sini menyusuri sungai Melaka denga jalan kaki yang diselingi duduk2 di bangku yang disediakan di pinggir sepanjang sungai Melaka. Tuh kan... bener aja, puff durian harus dimakan sekaligus. Kalo digigit setengah2 akibatnya fla-nya muncrat dan bikin kotor baju.

Menuju hotel mampir dulu di Jonkeer Bird House. Ini adalah rumah yang dijadikan sarang burung untuk diambil sarangnya (seperti sarang walet) kemudian dibersihkan dan dijual. Welcome drinknya secangkir kecil minuman cokelat dingin. 

Wow... harga sarang burung (bird nest) ini sangat fantastis, tergantung dari kualitasnya. Konon sarang burung berkhasiat untuk kesehatan.

Gak beli bird nest tapi akhirnya malah beli sekotak cokelat 3 ini 1 gara2 welcome drink tadi :D.

Langsung menuju hotel dan istirahat sebentar karena nanti malam mau bergabung dalam keramian pasar malam Jonker.

Jonker Night Market

Sore keluar rumah, alasan ke Mama sih mau beli air minum. Tapi sebenarnya pengen survei persiapan Jonker Night Market. Inilah keuntungan pilih penginapan dekat dengan objek wisata. Bisa kapan aja pergi. Hihihi...

Masuk kawasan Jonker, sudah nampak persiapan untuk pasar malam. Lapak2 dagangan sudah mulai didirikan. Jadi pasar malam Jonker ini mirip dengan pasar malam Semawis di Semarang. Pada jam yang sudah ditentukan, jalanan akan ditutup dari kendaraan yang akan lewat (mobil dan motor) dan digunakan sebagai tempat berjualan.

Restoran2 di sekitar Jonker street pun gak mau kalah mempersiapkan diri dengan mengatur meja dan kursi di teras masing2 restoran. Wah... bakalan rame nih.

Sementara di Jonker street sendiri, sungguh membuat diet berantakan. Hampir semua yang dijajakan disini adalah makanan. Ada aneka dim sum, kue2, jus dan minuman lainnya juga ada kawasan foodcourt yang menjual aneka seafood, kwee tiaw dll. Eh ada juga es krim dari sarang burung dijual disini.



Oiya, pas jalan pulang sempet liat pasangan pengamen bule di trotoar jalan. Bukan nyanyi sih, mereka berdua memainkan alat musik.

Disini saya beli kentang goreng lilit khas Jonker dengan saus mayonaise dan 2 egg tart. Rempong deh bawanya secara gak bawa tas untuk nyimpen kamera dan dompet. Etapi masih sempet mampir di toko serba ada untuk beli 2 botol besar air minum loh... :D

Sampe hotel langsung cerita sama Mama hasil survei barusan. Jadi setelah mandi kita mau jalan2 ke Jonker. Hampir jam 7 malam saya dan Mama keluar hotel menuju Jonker Night Market. Wah... ternyata langit Melaka masih terang dan pas keluar hotel terdengar samar2 suara adzan Maghrib.

Di depan restoran Nancy's dan Georapher Cafe juga restoran lainnya sudah tertata bangku dan meja. dan beneran tambah rame tuh sepanjang pasar malam Jonker. Ada kuih lobak tapi kog spertinya bukan kue tapi cenderung ke makanan ya?

Di ujung jalan Jonker ada panggung yang malam ini diisi dengan penyanyi perempuan (oma2) yang nyanyi lagu berbahasa Mandarin. Di depan panggung disediakan beberapa tempat duduk. Banyak juga loh pengunjung Jonker yang menikmati lagu2 yang dibawain sama si Oma.

Jadi nih, banyak orang2 yang jalan2 di Jonker night market sambil makan kentang goreng yang seperti tadi sore saya beli. Kita jalan dari ujung ke ujung sepanjang pasar malam Jonker. 

Masih setengah kenyang tapi kudu makan malam. Gak punya ide mau makan apa, akhirnya agak2 bengong di depan Jonker 88, ngebacain menu yang ada di depan pintu masuk. Nasi lemak? Ah... itu kan andalan kuliner nanti di Kuala Lumpur. Akhirnya pilih mie lagi, tapi kali ini yang gak bersantan dan gak pedes. Dengan porsinya yang gede, cukuplah pesen 1 mangkok untuk dimakan berdua. Ibu yang jualannya masih ngenalin kita tuh.

Waktu kita masih bingung pilih menu, Jonker 88 penuh. Tapi pas kita pesan makanan, berangsur2 yang lain sudah selesai makan.

Perut kenyang, biar rada turun tuh makanan kita jalan2 lagi sekitar Jonker. Sebetulnya saya masih penasaran dengan cafe Bistro Year 1637. Keliatannya tempat itu punya open air di taman belakangnya. Tapi... ya sudah lah, belum waktunya nyoba makan disitu.

Jangan keburu nafsu untuk beli2 kue tradisional di Melaka; karena sebagian besar kue2 tersebut sama dengan yang ada di Indonesia. Cuma namanya aja yang berbeda. Seperti Pineapple cake = kue nastar; Nyonya Popiah = lumpia = springroll, durian puff = kue soes isi fla durian.

Puas jalan2 di tengah keramaian pasar malam Jonker, kita balik pulang ke hotel. Kaki pegel, perut kenyang, mata berat merupakan perpaduan yang sempurna untuk cepet pergi tidur.
    • Bukit St Paul
    • Porta De Santiago (free)
    • Taste Better --> Puff Durian
    • Mesjid Tengkera
    • Baba Charlie Nyonya Cake (kuih muih) 72 jalan Tengkera Pantai 2 10.00 --> Nyonya popiah
    • Jonker 88 Museum Café--> durian cendhol & asam laksa; Baba laksa kahwin Nyonya Asam Laksa
    • Museum Maritim
    • St. Francis Xavier Church
    • Jonker Street Night Market

      No comments:

      Post a Comment